Kamis, 23 Februari 2012

" Joko Tarub "

Assalamua'laikum. Wr. Wb

Udah bobo belum dd Quens

Ini Eyang mau dongeng lagi dengarin ya

Hiduplah seorang janda di Desa Dadapan dengan seorang anak lelaki yang gagah dan tampan namanya Joko Tarub. Joko tarub seorang anak yang rajin dan berbakti kepada biyungnya. Joko tarub setiap hari pergi ke hutan untuk berburu binatang hutan dan mencari buah - buahan dan bercocok tanam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Joko Tarub memang berdarah dingin dalam hal berkebun apapun tanaman yang ditanam pasti tumbuh subur dan menghasilkan buah yang banyak, makanya Joko Tarub sangat terkenal di desanya dan menjadi panutan bagi warga desa.

Banyak gadis - gadis yang mengejar - ngejar Joko Tarub selain memang ganteng dan gagah Joko Tarub juga sangat ramah sopan kepada siapa saja. Sehingga banyak yang salah sangka kalau Joko Tarub menaruh hati kepada gadis - gadis yang di kenalnya.

Mbok Rondo sangat sedih Joko Tarub belum mau berumah tangga padahal usianya sudah cukup dan kekayaannya juga lumayan. Pada suatu hari mbok rondo memanggil Joko Tarub dan berkata :

" Joko Tarub simbok sudah tua, kamu juga sudah dewasa cepatlah berumah tangga mumpung simbok masih hidup nak. Simbok sudah pingin momong cucu, gadis mana yang kau inginkan simbok akan melamar untukmu. Simbok rasa tidak ada gadis yang menolak lamaranmu Joko " ?

Joko Tarub menjawab sambil tertawa :

" Biyung Joko belum mau berumah tangga, Joko masih ingin membahagiakan biyung, bersabarlah biyung Joko pasti akan berumah tangga tapi belum sekarang. Joko masih belum puas untuk berbakti sama biyung ".

" Ach kamu Joko setiap ditanya disuruh rumah tangga selalu mejawab belum siap kapan siapmu Joko ? Kalau sampai biyung mati dan kamu belum punya istri siapa yang akan mengurus dirimu ? "

" Ya jangan mati dulu lah yung tunggu sampai Joko punya istri ". Jawab Joko sekenanya sambil keluar meninggalkan biyungnya.

Pada suatu hari tat kala Joko sedang berkebun di  ladang, hari sudah menjelang sore, matahari hampir terbenam dimana Joko  sudah siap - siap mau pulang dilihatnya ada cahaya " Kluwung " ( Pelangi ) di upuk cakra wala. Cahaya pelangi itu sangat indah sekali seakan - akan jatuh di telaga dekat Joko berkebun. Kata Joko dalam hati :

" Katanya kalau ada kluwung ( Pelangi ) jatuh di telaga itu pertanda ada " Bidadari " yang sedang mandi ".

Joko meninggalkan ladang berjalan kearah telaga tempat jatuhnya pelangi. Hampir mendekati telaga Joko mendengar suara gadis - gadis saling bercanda. Hati Joko berdegup kencang dia berpikir :

" apakah benar bahwa yang mandi itu adalah " Bidadari " atau malah " setan prikayangan ",

hampir saja Joko kembali membatalkan niatnya karena takut. Namun dikuatkan hati untuk melihat  seperti apa makluk yang mandi di telaga di tengah hutan.

Dengan berhati - hati sekali Joko mengendap - endap bersembunyi di balik rerumpunan semak di antara pohon - pohon yang besar. Joko terbelalak demi melihat ada tujuh gadis cantik mandi di telaga dengan tanpa mengenakan sehelai benangpun di tubuhnya. Tubuh Joko gemetar kakinya goyah dan dadanya bergetar hebat. Joko menenangkan pikiran di kuatkan hatinya. Joko memperhatikan seluruh gerak gerik ke tujuh Bidadari yang sedang berenang kesana - kemari dengan main air saling bercanda dan menciprat - cipratkan air diantara mereka.

Dengan seksama Joko memandang dan berpikir bagaimana caranya aku bisa berekenalan dengan bidadari itu. Kalau aku langsung keluar dan menyapa sangat tidak sopan mereka pasti marah sebab mereka pada telanjang. Kalau aku nunggu mereka selesai kapan selesainya pasti mereka langsung pergi setelah aku datang. Joko memutar otak agar dapat berkenalan dengan para Bidadari. Akhirnya Joko menemukan akal akan aku curi pakaian dari salah seorang diantara mereka maka siapa saja yang aku dapatkan semoga dia mau menjadi istriku.

Joko mulai bergerak cepat dengan mengambil sebilah kayu panjang untuk menggaet baju salah seorang dari Bidadari tersebut. Hari semakin gelap kalau terelambat maka gagallah kesempatan yang sangat baik ini.

Para Bidadaripun tidak menyadari dan memperhatikan keadan sekitar mereka lupa dengan permainan mereka saling kejar - kejaran dengan berenang dan main air saling mencipratkan ke muka dan tubuh mereka.

Joko Tarub dengan sigap digaet Baju warna kuning kemudian dia bergegas pulang menyembunyikan di lumbung ditempat tumpukan padi yang paling bawah. kemudian dengan tergesa - gesa dia kembali ke ladang dengan berselendang sarung.

Saat itu didengar para bidadari sudah selesai mandi dan mereka saling mengenakan pakaian kebesarannya untuk pulang. Tetapi si bungsu tidak menemukan pakaiannya, pakainnya hilang entah kemana. Dia menangis dan meminta semua saudaranya untuk mencari pakaiannya. Setelah dicari kesana kemari tidak ditemukan sementara waktu sudah mulai gelap semua saudara meninggalakan si bungsu sendiri di telaga.

Sibungsu menangis tidak berani keluar telaga dan akhirnya si Bungsu bersumpah :

" Barang siapa yang menolong dirinya dan dapat memberi pakaian maka bila lelaki akan di jadikan suami dan bila perempuan akan dijadikan saudara sesusuan ".

Dalam keadaan resah dan panik sebab hari semakin gelap dicekam rasa takut yang sangat si bungsu menangis dengan suara yang sangat sedih dan memilikan hati.

Joko Tarub berjalan menuruni bukit seakan tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Joko Tarub merasa terkejut mendengan tangisan seorang putri di dalam telaga.

" Astagfirullah alhazim anda ini siapa sudah hampir gelap malam berada di dalam telaga apakah anda ini manusia atau setan prikayangan ".

Joko Tarub seakan - akan mau lari ketakutan. tetapi dicegah oleh si bungsu.

" Jangan Takut ki sanak saya ini bidadari namaku " Nawang Wulan " saya kehilangan pakaian dan saya ditinggal saudara - saudara ku pulang ke khayangan ". " Tolonglah saya berilah aku pakaian saya akan mengikuti anda ".

Joko Tarub dengan cepat melepas kain sarung yang telah dipersiapkan dan diberikan Dewi Nawang Wulan untuk dipakai.

" Ini Dewi pakailah sarung usang ini sebab hanya ini yang dapat aku berikan dan nanti kalau sudah sampai di rumah bergantilah dengan pakain biyungku "

" Terimakasih atas kebaikan anda ki sanak ". " Anda ini siapa dan di mana rumah anda "

" Saya Joko Tarub anak mbok Rondo Dadapan rumahku di bawah bukit itu aku setiap hari kerja di ladang menanam apa saja yang sedang musim ". " Mari segera pulang dewi pasti kedinginan biar nanti biyung memasakkan air untuk mandi sang dewi ".

" Terimakasih Joko Tarub. janganlah kamu menyebut ku dengan dewi panggil saja aku Nawang Wulan "

" Terimakasih Nawang Wulan "

Joko Tarub pulang dengan mengiring Nawang wulan dalam hati Jiko Tarub sangat senang mendapat seorang Bidadari yang cantik dan baik hati.

Sesampainya di rumah mbok rondo kebingungan. Joko tarub pulang dengan seorang gadis yang sangat cantik dan belum pernah mbok rondo melihat gadis itu di desanya. Wajahnya sangat luar biasa cantik bercahaya pandangan matanya luruh senyumnya manis penuh pesona dan kulitnya kuning langsat bak buah langsep.Tanya mbok rondo :

" Joko gadis dari mana ini kok cantik sekali simbok belum pernah lihat didesa kita ada gadis secantik ini ? "

" Ini nama nya Dewi Nawang Wulan biyung, dia adalah seorang bidadari dari khayangan saya temukan ditelaga sedang mandi,  katanya ditinggal semua saudaranya ".

Mbok Rondo menghormat - hormat kepada Dewi Nawang Wulan minta maaf sebab tidak tahu kalau Dewi adalah seorang bidadari. :

" Mohan maaf kanjeng Dewi hamba tidak tahu dan maafkan kelancangan anakku Joko Tarub yang kurang sopan terhadap dewi "

" Tidak apa mbok saya yang harus berterimakasih kepada kebaikan kalian berdua sebab dengan pertolongan kalian saya bisa berpakaian dan mendapatkan tempat untuk berteduh dan menginap " " Saya juga sudah berjanji barang siapa yang dapat menolong aku untuk memberikan pakaian maka kalau lelaki akan saya jadikan suami dan kalau perempuan akan saya jadikan sedulur sinoro wedi mbok ". " Oleh karena itu bolehkah anak mbok menjadi suamiku ? "

Mbok rondo sangat girang dipeluk Dewi Nawang Wulan erat - erat seakan tidak ingin melepaskan dari pelukannya. Dan berkata kepada Joko Tarub :

" Joko kamu sudah mendengar sendiri sumpah Dewi Nawang Wulan maka jangan kau menolak untuk menjadi suaminya nak ".

" Iya yung aku menerima Dewi Nawang Wulan menjadi istriku "

Berbahagialah mbok rondo mulai saat itu dia akan mempunyai menantu seorang bidadari yang cantik. Untuk merayakan pernikahan Joko Tarub digelar pesta yang mewah seukuran kampung dadapan pada masa itu.

Joko Tarub hidup bahagia dengan Nawang Wulang seorang bidadari yang cantik, baik hati, rajin dalam bekerja. Sungguh untuk mencari orang sepereti itu saat ini sepertinya tidak ketemu.

Sejak berumahtangga dengan Dewi Nawang Wulan dan sekarang sudah beranak satu perempuan juga sangat cantik seperti ibunya diberi nama Nawangsih. Joko Tarub sering berpikir dalam hati :

" Kenapa padi di lumbung tidak pernah habis padahal dimasak setiap hari dan sudah banyak yang dijual untuk membeli kebutuhan rumah tangga tapi malah tambah dan tambah dan padi itu tidak pernah habis ".

Dalam kebingungan memikirkan padi yang tidak pernah habis itu Joko Tarub dikejutkan oleh suara istrinya :

" Kakang saya mau nyuci ke sumur, Nawangsih masih tidur tolong jaga dan saya berpesan kakang jangan sekali - kali membuka tutup masakan nasi itu ya "

Sambil berpamitan Nawang Wulan berangkat ke sumur untuk mencuci pakaian.

Sepeninggal Nawang Wulan Joko Tarub berpikir :

" Ada apa kok aku tidak boleh membuka tutup masakan nasi ? "

Dalam kebimbangannya Joko Tarub antara ragu dan ingin tahu ada apa dibalik dandang kok sampai ga boleh dibuka. Maka dilanggar perintah istrinya dia ingin mengetahui apa sebenarnya yang dimasak. Joko Tarub akhirnya membulatkan tekad untuk membuka tutup dandang setelah dibuka tutup dandang Joko Tarub melongo bengong dan heran sebab yang dimasak istrinya hanya sebulir padi.

" Pantas saja padi ga pernah habis bahkan malah bertambah - dan bertambah walaupun sudah dimasak dan dijual setiap hari ".

Bersamaan dengan terbukanya tutup dandang terdengar tangis Nawangsih membuat panik Joko Tarub kaget                       dan menutup dandang dengan sekenanya kemudian lari menghampiri Nawangsih. Nawangsih tidak mau berhenti menangis bahkan semakin keras sehingga membuat bingung Joko Tarub. Pada saat itu Nawang Wulan sudah selesai mencuci mendengar tangis anaknya yang tidak seperti biasanya Nawang Wulan menegur Joko Tarub :

" Kakang kenapa anak menangis dibiarkan saja tolong didiamkan "

" Ini sudah saya diamkan tapi tidak mau ga tahu kenapa tidak seperti biasanya di ajeng "

Nawang Wulan masuk kedalam menggendong Nawangsih dan menyusui. sambil menyusui Nawang Wulan ke dapur untuk melihat masakan nasinya. Alangkah kagetnya Nawang Wulan melihat nasi masih berupa sebulir padi yang tidak mateng. Maka dengan sedih bercampur kecewa Nawang Wulan berkata kepada suaminya :

" Kakang kenapa kakang melanggar larangan saya akibat perbuatan kakang yang melanggar tidak boleh membuka tutup nasi, beras yang saya masak tidak menjadi nasi. ".

" Maafkan saya di ajeng kakang khilaf. Kakang hanya ingin tahu sebab kakang bingung padi di lumbung sepertinya tidak pernah habis padahal dimasak setiap hari dan di jual buat beli kebutuhan, tapi padi dilumbang semakin bertambah dan bertambah ". " Maafkan saya diajeng dan tidak akan saya ulangi lagi ".

" Semua sudah terlambat kakang dan akibat perbuatan kakang mulai saat ini kakang harus menumbuk padi untuk dijadikan beras agar bisa kita masak ".

Mulai saat itu setiap hari Joko Tarub dan Nawang wulan  harus menumbuk padi untuk dijadikan beras. Semakin hari beras di lumbung semakin habis sampai dasar padi. Nawang Wulan terperanjat menemukan baju kebesarannya ada di bawah lumbung. Nawang Wulan sangat terpukul antara senang dan sedih beraduk jadi satu. Senang menemukan Bajunya kembali tapi sedih sebab suaminya yang selama ini dianggap orang yang telah menolong ternyata dia yang telah mencuri pakaiannya. Dan dia harus pergi meninggalkan orang yang dicintai suami dan anaknya Nawangsih.

Nawang Wulan keluar dengan sudah memakai pakaian kebesaran menemui suaminya :

" Kakang ternyata selama ini kakang yang saya banggakan sebagai orang yang baik budi dan lemah lembut ternyata kakang berhati busuk. Ternyata kakang yang telah mencuri pakaianku di telaga dan kakang pura - pura tidak tahu dengan semua itu ". " Sebenarnya aku ingin marah dan benci kepada kakang tetapi semua itu sudah terlambat, mungkin ini sudah menjadi takdir dan nasib yang harus aku jalani ". " sekarang aku mohon pamit untuk pulang aku titip anakku Si Nawangsih rawat dia dengan baik bila dia rewel ingin bertemu dengan aku, aku izinkan di malam bulan purnama sebulan sekali dengan berdo'a di tengah malam di depan rumah ".

Joko Tarub menangis meratapi kekeliruannya dan menyadari bahwa semua itu adalah salahnya tapi dia masih minta belas kasihan agar Dewi Nawang wulan jangan meninggalkannya.

" Diajeng janganlah engkau meninggalkan kakang ". " kakang menyadari semua ini adalah kesalahan kakang sebab kakang kepingin punya istri seorang bidadari ". " Apakah diajeng tega meninggalkan anak kita Nawangsih ? ". " Yang masih membutuhkan air susu ".

Nawang Wulan sudah mulai terbang dengan derai air mata, dia tidak bisa berlama - lama lagi di dunia :

" Selamat tinggal kakang ingat pesanku bila Nawangsih ingin bertemu denganku aku izinkan setiap bulan sekali pada malam bulan purnama berdo'alah ditengah latar aku akan datang "

Nawang Wulan sudah terbang hilang dibalik awan.

Aduh capek de udah tidur belum sayang.

" Limaran dan Totokkerot "

Quensha namanya cucu pertamaku yang lucu, cantik dan imut. Ini dongeng untuk cucuku yang cantik semoga jadi anak yang pintar dan cepat besar.

" Limaran dan Totokkerot "

Disebuah desa  Dadapan hiduplah seorang janda dengan dua orang anak perempuan yang bernama " Totokkerot " yang tua dan " Limaran " adiknya. Limaran adalah adik tiri, kedua anak tersebut mempunyai tabiat yang sangat berbeda. Totok kerot mempunyai sifat yang jahat, malas, sombong dan selalu ingin menang sendiri, suka memerintah adiknya untuk memenuhi keinginannya.Totokkerot tidak mau bekerja sama sekali setiap hari kerjaannya hanya makan tidur dan bergaya ria. Padahal wajahnya memang tidak cantik. sementara Limaran yang harus bekerja setiap hari dari bangun tidur sudah harus  nyuci, nyapu sampai memasak dan semua pekerjaan rumah dibebankan kepada Limaran. Namun begitu Limaran tidak pernah mengeluh dan tetap cantik. sehingga membuat iri Totokkerot. Sebenarnya mbok rondo tidak pernah membeda - bedakan kasih sayang diantara mereka, namun Totokkerot selalu mengancam dan sering berbuat kasar maka mbok rondo tidak bisa berbuat banyak.

Pada suatu hari Limaran  mencuci pakaian dan semua perabot dapur ke kali. Ternyata ada salah satu pakaian Totokkerot dan perabot dapur yang hanyut terbawa air sungai, tanpa diketahui Limaran. Sesampai di rumah Limaran melaporkan kejadian itu pada ibunya dan kakaknya, maka marahlah   Totokkerot dan mengusir Limaran untuk mencari pakaian dan beruk yang hanyut di kali, tidak boleh pulang sebelum ditemukan baju dan beruk yang hilang.

Dengan perasaan bingung dan gundah Limaran kembali ke sungai mencari barang - barang yang hilang. Limaran menyusuri sungai barang kali baju dan perabot dapur itu menyangkut di pinggir - pinggir kali. Sejauh perjalanan yang ditempuh tidak ada tanda - tanda pakaian dan beruk itu menyangkut di rumput atau di akar - akar pohon yang dilalui.

Dilihat orang sedang memandikan kuda maka Limaran berhenti dan bertanya sopan apakah melihat pakaian dan beruk yang hanyut di kali. :

" kang - kakang sing guyang jaran mriki wau nopo wonten popok beruk keli popoke Limaran nggih sulaman beruke cangkir gading kir ukiran ".

Jawab orang yang memandikan jaran :

" tidak nduk tidak. Saya tidak melihat disni, coba tanyakan kepada orang yang memandikan kerbau di sna itu "

Limaran berjalan kembali menyusuri sungai dan menemui orang - orang yang sedang memandikan kerbau. dan bertanya lagi :

" kang kakang sing nguyang kebo mriki wau nopo wonten popok beruk keli, popoke Limaran nggih sulaman beruke cangkir gading kir ukiran ".

Jawab orang yang memandikan kerbau : " tidak nduk saya tidak melihat barang - barang yang kau cari, coba tanyakan,  nini - nini yang sedang menyuci di sana ".

Begitu setiap orang yang ditanya tidak ada yang melihat dan menemukan barang yang dicari. Mereka merasa kasihan sama Limaran yang sudah kelelahan berjalan jauh dari kampungnya. Dan setiap disuruh istirahat Limaran tidak mau sebelum menemukan Baju dan Beruknya.

Limaran berjalan lagi dan sudah mulai sempoyongan, matanya sudah berkunang - kunang, keringat dingin mulai membasahi tubuhnya. Sesampainya di tempat nini - nini yang sedang mencuci Limaran langsung terduduk lemas dan air matanya mulai berkaca - kaca sambil menangis Limaran bertanya kepada nini - nini yang sedang mencuci :

" Ni nini sing lagi nyuci mriki wau nopo wonten popok beruk keli popoke Limaran nggih sulaman beruke cangkir gading kir ukiran ".

Setelah bertanya Limaran duduk terkulai lemas tidak sadarkan diri dan nini - nini itu  menolong menyadarkannya. setelah siuman nini - nini itu bertanya :

Nini - nini : " anak siapa dan dari mana " ?

Limaran : " saya Limaran dari desa Dadapan ni mencari baju dan beruk yang hanyut kebawa banjir, apakah nini menemukannya ? "

Nini - nini : " Kasihan kau nak jauh - jauh dari desa Dadapan hanya untuk mencari baju dan beruk, nini menemukannya tapi udah nini bawa pulang apakah kamu mau mengambil ke rumah nak ? ".

Limaran merasa terharu dan menangis memeluk nini - nini dengan mengucapkan rasa syukur dan berterma kasih kepada nini - nini yang telah menemukan baju dan beruknya. Nini - nini merasa iba dan di elus - elus rambut Limaran dengan rasa kasih sayang. Kemudian Limaran dan nini - nini itu pulang, Limaran membantu  membawa barang - barang cuciannya, padahal nini - nini itu sudah melarangnya sebab dilihatnya Limaran sangat kelelahan dan letih.

" Jangan nduk biar nini bawa sendiri kamu masih kecapaian dan kelelahan ".

Jawab Limaran : " tidak apa ni aku udah pulih kembali dengan ditemukannya baju dan beruk sama nini, saya malah berhutang budi sama nini dan tidak bisa membalasnya ".

Nini - nini : " Jangan dipikirkan itu nduk kita sesama manusia harus saling tolong - menolong bila kita mampu menolongnya walaupun sekecil apapun pertolongan itu pasti akan ada balasannya dari Gusti ".

Di rumah nini - nini Limaran membantu mengerjakan semua pekerjaan rumah nini - nini dengan tidak  pernah merasa terpaksa untuk mengerjakannya. Walaupun sebenarnya nini - nini itu tidak boleh namun Limaran merasa betah dan Krasan di rumah nini - nini itu sebab diperlakukan dengan baik dan kasih sayang yang selama ini tidak didapat di rumah biyungnya. Setelah beberapa hari di rumah nini - nini itu akhirnya nini - nini berkata :

" Limaran bukannya nini mengusir kamu dari ramah nini cah ayu, tetapi biyung dan kakakmu telah lama menunggu, maka besuk pagi  pulanglah. Dan ini ada dua tongkat bambu pilihlah yang mana yang kamu suka, sebagai kenang - kenangan dari nini. Belahlah sesampai di rumah dan sebagai tongkat diperjalananmu ya nduk cah ayu ".

Jawab Limaran : " Yang kecil saja ni biar ga berat membawanya ".

Pagi - pagi sehabis shalat Subuh Limaran sudah siap - siap mau pulang dan bekal sudah disiapkan dan minta pamit  nini - nini sambil berlingan air mata Limaran merangkul dan berkata :

" Ni saya ucapkan terimakasih atas pertolongan nini, saya tidak bisa membalas budi baik nini, nanti saya boleh ke sini lagi ya ni ".

Nini - nini merasa sangat terharu dan menjawab sambil menangis :

" Anakku semoga perjalananmu selamat tidak ada sauatu aral melintang bila Gusti mengijinkan pasti kita bisa ketamu Lagi ndu cah ayu. hati - hati di jalan jangan menoleh ke belakang tujuh langkah dari rumah ini nduk ".

" Iya ni ".

Limaran mencium tangan nini - nini dan mundur meninggalkan rumah dan tidak menoleh sebelum tujuh langkah.

Singkat cerita Limaran sudah sampai di rumah dan mengucapkan salam tetapi disambut dengan Totokkerot dengan bentakan dan suara yang kasar :

" Hai dari mana saja kau anak kurang ajar kirain sudah mati ".

Limaran kemudian menyerahkan baju dan beruk kepada kakaknya dan Limaran langsung masuk ke dalam rumah menemui ibunya. Di dalam Limaran menangis menceritakan perjalannya sampai ditemukan baju dan beruk di rumah nini - nini yang baik hati. dan saya di beri tongkat bambu dan disuruh membelah sampai di rumah.

Pagi hari limaran dan biyungnya membelah tongkat bambu, ternyata setelah dibelah didalamnya ada segala jenis perhisan dari emas. Melihat semua yang terpampang dimatanya Totokkerot merasa iri dan ingin juga untuk mendapatkan keberuntungan seperti Limaran.

Totokkerot pergi kesungai dan menghanyutkan baju dan beruk seperti apa yang di lakukan Limaran. Kemudian Totokkwerot mencari menyisir sungai seprti apa yang dilakukan Limaran. Totokkerot pun bertemu juga dengan orang - orang yang memandikan Kuda, Kerbau, Sapi dan juga bertanya kepada setiap orang yang ditemuinya. Tetapi dalam bertanya Totokkerot tidak mempunyai sopan santun dan tatakrama yang baik. Dia berkata dengan angkuh  sambil marah - marah sehingga membuat sebal dan marah orang yang di tanya. Sehingga Totokkerot banyak disumpahi orang disetiap jalannya.

Akhirnya Totokkerot ketemu juga dengan nini - nini yang ceritakan Limaran. Dengan kasar Totokkerot membentak nini - nini :

" Hai nini - nini peot ompong dan bungkuk di mana kau curi baju dan beruk yang hanyut di kali ini hayo kembalikan kepadaku kalau tidak akan aku hajar kamu ".

Nini -nini itu mendapat teguran Totokkerot seperti itu marah dan memukul Totokkerot dengan irus dan berkata :

" Hai kamu anak kurang ajar bertanya sama orang tua ga tahu sopan santun, hatimu sama jeleknya sama muka kamu nduk ".

" Hai nenek peyot ga usah banyak rewel mana baju dan berukku kembalikan pasti kamu yang ambil kan ".

" Iya aku yang ambil sekarang ada di rumah hayo ke rumah dan bawa barang - barang cucian nini ini ya ? ".

Totokkerot matanya melotot dan ngomel :

" Enak saja kamu menyuruh - nyuruh saya nenek tua aku ga mau membawa cucian kamu memang ini barang siapa ".

Nini - nini itu akhirnya memukul Totokkerot lagi dengan irusnya dan Totokkerot menjerit - jerit minta ampun.akhirnya dibawa juga cucian nini - nini itu dengan hati yang dongkol. Totokkerot keberatan membawa barang - barang, sesampai di rumah nini - nini Totokkerot disuruh bekerja dan memberekan semua pekerjaan rumah. dengan terpaksa Totokkerot mengerjakan semua perintah nini - nini sehingga akhirnya Totokkerot merasa kelelahan dan pingsan. kemudian disiram oleh nini - nini dengan air biar siuman.

Setelah siuman Totokkerot minta ijin pulang dan meminta hadiah tongkat seperti yang pernah diberikan kepada Limaran. Nini - nini mengambil dua tongkat bambu :

" Ini pilihlah yang mana yang kau mau, yang besar atau yang kecil ".

Totok kerot memilih tongkat yang besar dengan harapan pasti isinya lebih banyak dari pada punya Limaran. Setelah mendapatkan tongkat Totokkerot langsung lari tidak menghiraukan nini - nini lagi. Di tengah jalan pikirannya selalu membayangkan sesampai di rumah segera akan membelah tongkat bambu pasti isinya lebih banyak dari pada punya Limaran.

Masih di ujung jalan Totokkerot sudah teriak - teriak seperti orang gila dan memanggil - manggil biyungnya agar menyiapkan golok untuk membelah tongkatnya. Sesampai didepan rumah Totokkerot tersungkur jatuh  dan memanggil biyungnya untuk membantu membawa tongakat yang semakin berat. Totokkerot ambruk karena kelelahan dan nafasnya terengah - engah kemudian biyungnya membukakan pintu dan membawa sebilah golok.Totokkerot malah marah - marah dan berkata :

" Biyung cepat ambilkan golok untuk membelah tongkat bambu ku ini. Aku sudah gak sabar segera ingin melihat emas yang banyak sebab aku mendapatkan yang lebih besar dari pada punya Limaran pasti isinya lebih banyk cepet yung ".

Biyungnya dengan tergopoh - gopoh dan menyerahkan golok kepada Totokkerot.

" Ini goloknya nduk "

Tongkat bambu itu dibelah suara belahannya menggelegar, sangat keras dan ternyata didalamnya bukan isi emas tetapi isinya ular yang yang sangat besar dan langsung mengejar Totokkerot. Melihat ular yang sangat besar dan mengejarnya Totokkerot lari tunggang langgang tanpa arah dan tujuan sehingga membuatnya tidak tahu arah dan tujuan sehingga larinya sampai di hutan dan terjerembab ke dalam jurang yang dalam.

Tamat.