Kamis, 01 Maret 2012

Kakek Tua Penjual Sapu di Trotoar Jatinegara

Assalamua'laikum.wr.wb.

Cerita ini saya ambil dari sebuah peristiwa dari seseorang  yang sedang mengantar istrinya belanja ke Pasar Jatinegara.

Sesampainya di Jatinegara Abidin tidak ikut masuk pasar menemani istrinya belanja, dia memilih menungu di luar sambil minum kopi di sebuah warung kopi. Sambil minum kopi dia melihat seorang kakek sedang menggelar dagangannya yang berupa sapu ijuk, sapu lidi, kipas bambu, boboko, kukusan  dan barang - barang kebutuhan orang kampung yang menurut ukuran pasar mestinya di jual di pasar tradisional. Barang yang dijualpun jumlahnya tidak banyak. Selesai menggelar dagangannya kakek tadi langsung duduk dan menundukkan kepalanya ternyata malah tidur. Kakek tadi tidak memperhatikan dagangannya, sekian lama diperhatikan oleh Abidin juga tidak ada orang yang mampir untuk membeli.

Dalam hati Abidin berkata :

" Ini kakek mungkin sudah kelelahan dalam perjalanan, sehingga dia langsung tidur setelah menggelar dagangannya, kasihan kakek ini udah tua masih harus menanggung beban hidup yang berat. dengan berjualan seperti ini berapa keuntungan yang didapat setiap harinya, apa cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya ". Abidin menghela nafas sambil mengucap : " Subhanallah ".

Abidin mendekati dagangan kakek dan membangunkan maksudnya ingin memberikan bantuan ala kadarnya sambil bertanya kesana kemari Abidin mengeluarkan uang " Lima Puluh Ribuan " kemudian disodorkan kepada kakek sambil berkata :

" Kek mohon ini di terima untuk tambah modal dan membeli kebutuhan ".

Kakek tadi matanya malah melotot dan berkata :

" Apakah kamu pikir saya ini mengemis dan perlu dikasiani ? Aku tidak butuh bantuan mu ambil uangmu dan jangan memberikan uang, aku tidak butuh dikasiani ".

Abidin tersentak kaget mendengar jawaban si kakek. Abidin mundur dan memperhatikan si kakek sambil berpikir. Ternyata niat baik ingin memberi belum tentu diterima dengan baik. Apakah aku salah untuk memberi. Dan apa yang dilihat menurut ukuran manusia kurang ternyata belum tentu benar. Abidin berdecak kagum ternyata masih ada orang - orang yang dengan kemelaratannya masih mampu mempertahankan iman yang kokoh. " Subhanallah " kalimat itu diucapkan berulang - ulang karena kagum dengan pendirian dan keteguhan kakek yang di hadapi dalam menghadapi hidup.

Andaikata setiap manusia mempunyai keteguahan iman dan pendirian seperti kakek ini niscaya krisis yang melanda negeri ini akan cepat berakhir. Dan ternyata kemelaratan bukan merupakan suatu penghalang untuk mempertahankan iman dan keyakinan. Tetapi kenapa masih banyak manusia yang ingkar kepada Tuhan nya ? Dan mereka membabi buta untuk mendapatkan dunia dengan menghalalkan segala cara ?

Sambil menunggu istrinya Abidin berpikir bagaimana caranya agar tetap bisa menolong si kakek agar tidak tersinggung untuk menerima bantuannya. Tak lama kemudian istrinya datang dan diceritakan peristiwa tadi kepada istrinya, maka diambil keputusan untuk membeli semua barang dagangan kakek tadi.

Istri Abidin kemudian memborong semua dagangan si kakek walaupun sebenarnya barang - barang tersebut tidak dibutuhkan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar